JAKARTA - Badan Pangan Nasional (Bapanas) melaporkan bahwa harga cabai mulai menunjukkan tren melandai di tingkat nasional.
Kepala Bapanas yang juga Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman, menyatakan optimisme terkait perbaikan harga cabai. Menurutnya, harga cabai akan cenderung turun dalam beberapa waktu ke depan meski fluktuasi sementara masih mungkin terjadi akibat kondisi alam atau bencana.
“Cabai, kemarin yang aku pantau itu cukup baik, bahkan turun. Tetapi ini kami kira karena ada bencana, hujan, kalau cabai naik sedikit masih wajar,” kata Amran.
Pernyataan ini menekankan bahwa pemerintah terus memantau harga cabai dan mengambil langkah-langkah untuk menjaga stabilitas pasokan bagi konsumen.
Upaya Pemerintah Mendukung Distribusi Cabai
Salah satu faktor yang membuat harga cabai mulai melandai adalah langkah pemerintah menjaga distribusi dari sentra produksi cabai, termasuk daerah terdampak bencana. Amran menekankan pentingnya memastikan hasil panen petani dapat terdistribusi dengan baik agar mereka tidak mengalami kerugian.
Langkah konkret yang dilakukan pemerintah adalah pengangkutan hasil panen cabai dari Aceh ke Jakarta menggunakan armada udara.
“Petani kita, termasuk cabai, tidak boleh rugi. Mereka harus kita bantu. Hasil jerih payah mereka harus terdistribusikan dengan baik ke daerah konsumen yang membutuhkan pasokan, seperti Jakarta. Ini telah kami lakukan,” ujar Amran. Distribusi yang lancar ini berperan penting menekan lonjakan harga yang biasanya muncul ketika pasokan terbatas.
Produksi Cabai Besar dan Rawit Cukup untuk Konsumsi Nasional
Sejalan dengan kesiapan distribusi, produksi cabai dalam negeri per Desember 2025 juga menunjukkan peningkatan. Berdasarkan proyeksi neraca pangan Bapanas, produksi cabai besar meningkat 22,3 persen dibandingkan November, mencapai 127,8 ribu ton. Sementara bulan sebelumnya, produksi cabai besar tercatat 104,5 ribu ton.
Untuk cabai rawit, produksi pada Desember diperkirakan mencapai 108,6 ribu ton. Kebutuhan konsumsi bulanan cabai besar dan cabai rawit secara nasional berada di kisaran 76 ribu hingga 78 ribu ton.
Artinya, produksi bulanan masih cukup untuk memenuhi permintaan konsumsi di seluruh wilayah Indonesia. Stok nasional cabai besar diperkirakan 63,4 ribu ton, sedangkan cabai rawit 49,3 ribu ton sampai akhir tahun, sehingga pasokan cukup untuk menjaga stabilitas harga.
Lonjakan Harga Cabai Rawit Sebelumnya
Meskipun tren nasional menunjukkan penurunan, sebelumnya harga cabai rawit sempat meroket akibat intensitas petikan yang menurun karena musim penghujan.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat harga cabai rawit pada pekan ketiga Desember 2025 naik 52,86 persen dibandingkan November 2025. Di Kabupaten Nduga, Papua Pegunungan, harga cabai rawit menembus Rp200.000 per kilogram.
Harga tinggi juga tercatat di Kabupaten Paniai sebesar Rp176.000/kg dan Kabupaten Intan Jaya Rp170.000/kg. Kenaikan harga cabai rawit memengaruhi sebagian besar wilayah di Indonesia, tercatat terjadi di 76,67 persen wilayah dengan rata-rata harga nasional mencapai Rp66.841/kg.
Lonjakan ini menimbulkan tekanan inflasi menjelang Natal 2025 dan Tahun Baru 2026, terutama pada komoditas pangan strategis seperti cabai rawit.
Pemantauan dan Langkah Antisipatif Bapanas
Bapanas dan BPS secara aktif memantau pergerakan harga cabai di seluruh Indonesia. Direktur Statistik Harga BPS, Windhiarso Ponco Adi, menjelaskan bahwa jumlah kabupaten/kota yang mengalami kenaikan indeks perubahan harga (IPH) cabai rawit terus bertambah sepanjang Desember 2025, dari 261 pada pekan pertama menjadi 276 pada pekan ketiga.
Selain itu, pemerintah mendorong distribusi hasil panen dari daerah produsen ke konsumen secara cepat dan tepat sasaran. Dengan memanfaatkan armada udara dan sistem distribusi yang terintegrasi, pasokan cabai dapat segera mencapai daerah yang membutuhkan.
Langkah-langkah ini diharapkan dapat menahan harga cabai tetap stabil, sekaligus mencegah kerugian petani akibat kondisi alam atau distribusi yang tidak merata.
Pemerintah juga menekankan perlunya koordinasi antara produsen, distributor, dan pihak terkait lainnya untuk menjaga kesinambungan pasokan cabai. Selain menjaga harga tetap wajar, kebijakan ini membantu stabilitas pasar dan mendorong tercapainya kesejahteraan petani.
Dengan stok yang memadai dan distribusi yang lancar, harga cabai diproyeksikan akan terus menunjukkan tren menurun hingga awal tahun 2026.